Free Shoutbox Technology Pioneer

Senin, 28 September 2015

Limitasi Hotspot dengan Sistem Quota


Sumber : www.Mikrotik.co.id
Mungkin Anda pernah berlangganan sebuah paket internet bulanan dengan sistem quota, kemudian apabila pemakaian internet kita melebihi quota yang telah ditentukan maka kecepatan internet yang kita gunakan akan turun. Sekarang pertanyaannya, bagaimana kalau sistem tersebut diberlakukan pada service hotspot di MikroTik ? 
Untuk membuat sistem tersebut kita akan menggunakan fitur User Manager yang diintegrsikan dengan hotspot. Penjelasan mengenai Integrasi Hotspot dengan User Manager serta konfigurasi dasarnya dapat dilihat pada atikel sebelumnya disini.
Pada contoh kali ini kita akan membuat sebuah layanan hotspot dengan quota sebesar 200MB dengan bandwith 2Mbps untuk 1 jam. Dan apabila pemakaian telah mencapai limit quota sebelum 1 jam, maka kecepatan internet akan diturunkan 256kbps. 

User Profile & Limitation 

Pertama, kita akan membuat limitasi terlebih dahulu. Pada User Manager pilih
 Profiles --> Limitations --> Add (New).  Selanjutnya kita akan membuat limitasi untuk Quota 200Mb selama 1 jam dengan bandwith sebesar 2Mbps. Pada parameter name isikan nama untuk jenis limitasinya, misal disini kita akan memberi nama dengan 1JamQuota200M. Kemudian untuk parameter Download/Upload, masing-masing kita isikan dengan 200M dan pada Uptime kita isikan dengan 1h. Jangan lupa tentukan juga rate-limit dengan Rx/Tx = 2M/2M.
Selanjutnya, kita akan membuat limitasi baru untuk kecepatan dengan 256kbps apabila limitasi quota 200M telah habis. Cara pembuatan limitasinya juga sama dengan contoh yang pertama. Untuk parameter Name kita isikan dengan 1JamQuotaHabis. Kemudian pada parameter upload/download kita biarkan default saja dan pada uptime kita isikan juga dengan 1h. Nah, untuk parameter rate-limit kita isikan dengan Rx/Tx=256k/256k.

Kedua, kita akan membuat profile untuk user hotspot. Disini kita juga akan membuat dua profile, yaitu untuk profile dengan limitasi Quota 200M dan profile dengan limitasi bandwith.  Langkah-langkah untuk membuatnya adalah pilih Profiles > Profiles > klik tombol (+). Tentukan nama untuk profile tersebut. Disini kita akan memberi nama 1Jam-Quota. 

Kemudian setelah profile dibuat, tambahkan jenis limitasi untuk profile tersebut. Klik tombol Add New Limitation dan centang opsi 1JamQuota200M. Selanjutnya simpan profile. 


Selanjutnya, kita membuat profile baru untuk limitasi dengan bandwith. Kliktombol (+) 
dan isikan nama untuk profile tersebut. Misal, kita beri nama dengan 1Jam-QuotaHabis. 



Seperti pada contoh sebelumnya, kita tambahkan jenis limitasi untuk profile tersebut. Klik tombol Add New Limitation dan centang opsi 1JamQuotaHabis. Selanjutnya simpan profile. 


Nah, langkah-langkah pembuatan User profile dan juga limitation sudah selesai. Untuk langkah berikutnya kita akan membuat autentikasi login user. 

User Data 

Supaya pengguna layanan hotspot dapat mengakses internet, maka kita perlu membuat sebuah autentikasi login untuk pengguna tersebut. Autentikasi tersebut berupa Username dan juga Password. Disini kita dapat menentukan jenis layanan hotspot yang diberikan kepada pengguna sesuai dengan ketentuan user profile yang telah kita buat sebelumnya.
 

Untuk langkah-langkah pembuatan user data adalah sebagai berikut :
 

Pertama, pada usermanager kita pilih menu
 Users > Add > pilih One. Maka, akan muncul tampilan seperti dibawah ini.
Isikan Username dan password yang akan digunakan untuk autentikasi login. Misal, kita isi username=mikrotik dan password=12345. Kemudian tentukan parameter pada Assign Profile dengan user profile yang telah kita buat sebelumnya. Isikan user profile dengan limitasi quota. 

Selanjutnya konfigurasi diatas akan tersimpan didalam tabel users. Sesuai dengan pokok pembahasan kali ini, jika user telah memakai akses internet dan telah mencapai limit quota sebelum
 uptime (1Jam), maka kecepatan akses akan diturunkan dengan limit bandwith sebesar 256kbps. Untuk membuat fungsi tersebut kita akan menambahkan assign profile pada user data yang telah kita buat sebelumnya. 

Klik dua kali pada user data yang ada pada tabel users, maka akan muncul tampilan seperti sebelumnya. Kemudian pada Assign Profile kita pilih user profile dengan
 1Jam-QuotaHabis dan klik tombol (+), maka akan ditambahkan lagi sebuah Assign Profile baru.  Supaya user profile dengan limitasi quota yang aktif terlebih dahulu, maka klik pada icon lampu, sehingga statusnya menjadi aktif.

Sampai disini user hotspot menggunakan quota dengan kecepatan 2Mbps sudah bisa digunakan. Ketika penggunaan quota sudah mencapai limit quota dan belum mencapai uptime (1 Jam), user akan logout secara otomatis. Namun user tersebut masih tetap bisa login kembali hanya saja secara otomatis router akan menggunakan profile dengan kecepatan akses internet 256kbps. 


Senin, 14 September 2015

Pengumuman


Pengumuman

TKJ Kelas XII Hari selasa Quis Setting Awal Mikrotik


Demikian ditunggu info selanjutnya.


Artikel Patofisiologi

Definisi
Peningkatan tekanan intracranial atau TIK (intracranial pressure, ICP) didefinisikan sebagai peningkatan tekanan dalam rongga kranialis.

Patofisiologi
Ruang intracranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan intracranial normal sebesar 50 sampai 200 mmH2O atau 4 sampai 15 mmHg. Dalam keadaan normal, tekanan intracranial dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari dan dapat meningkat sementara waktu sampai tingkat yang jauh lebih tinggi dari pada normal. Beberapa aktivitas tersebut adalah pernapasan abdominal dalam, batuk, dan mengedan atau valsalva maneuver. Kenaikan sementara TIK tidak menimbulkan kesukaran, tetapi kenaikan tekanan yang menetap mengakibatkan rusaknya kehidupan jaringan otak.
Ruang intracranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh sesuai kapasitasnya dengan unsure yang tidak dapat ditekan: otak (1400 g), cairan serebrospinal (sekitar 75 ml), dan darah (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada salah satu dari ketiga unsur utama ini mengakibatkan desakan ruang yang ditempati oleh unsure lainnya dan menaikan tekanan intracranial. Hipotesis Monro-Kellie memberikan suatu contoh konsep pemahaman peningkatan TIK. Teori ini menyatakan bahwa tulang tengkorak tidak dapat meluas sehingga bila salah satu dari ketiga ruangannya meluas, dua ruang lainnya harus mengkompensasi dengan mengurangi volumenya (apabila TIK masih konstan). Mekanisme kompensasi intracranial ini terbatas, tetapi terhentinya fungsi neural ini dapat menjadi parah bila mekanisme ini gagal. Kompensasi terdiri dari meningkatnya aliran CSF ke dalam kanalis spinalis dan adaptasi otak terhadap peningkatan tekanan tanpa meningkatkan TIK. Mekanisme kompensasi yang berpotensi mengakibatkan kematian adalah penurunan aliran darah ke otak dan pergeseran otak kearah bawah atau horizontal (herniasi) bila TIK makin meningkat. Dua mekanisme terakhir dapat berakibat langsung pada fungsi syaraf. Apabila peningkatan TIK berat dan menetap, mekanisme kompensasi tidak efektif dan peningkatan tekanan dapat menyebabkan kematian neuronal.
Tumor otak, cedera otak, edema otak, dan obstruksi aliran darah CSF berperan dalam peningkatan TIK. Edema otak (mungkin penyebab tersering peningkatan TIK) disebabkan oleh banyak hal (termasuk peningkatan cairan intrasel, hipoksia, iskemia otak, meningitis, dan cedera). Pada dasarnya efeknya sama tanpa melihat factor penyebabnya.
TIK pada umumnya meningkat secara bertahap. Setelah cedera kepala, edema terjadi dalam 36 hingga 48 jam hingga mencapai maksimum. Peningkatan TIK hingga 33 mmHg (450 mmH2O) menurunkan secara bermakna aliran darah ke otak (cerebral blood flow, CBF). Iskemia yang terjadi merangsang pusat vasomotor, dan tekanan darah sistemik meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi jantung mengakibatkan bradikardia dan pernapasan menjadi lebih lambat. Mekanisme kompensasi ini dikenal sebagai reflek cushing, membantu mempertahankan aliran darah otak. (akan tetapi, menurunnya pernapasan mengakibatkan retensi CO2 dan mengakibatkan vasodilatasi otak yang membantu menaikan tekanan intracranial). Tekanan darah sistemik akan terus meningkat sebanding dengan peningkatan TIK, walaupun akhirnya dicapai suatu titik ketika TIK melebihi tekanan arteria dan sirkulasi otak berhenti yang mengakibatkan kematian otak. Pada umumnya, kejadian ini didahului oleh tekanan darah arteria yang cepat menurun.
Siklus deficit neurologik progresif yang menyertai kontusio dan edema otak (atau setiap lesi massa intracranial yang membesar). Seperti pada gambar dibawah







Trauma otak menyebabkan menyebabkan fragmentasi jaringan dan kontosio, menyebabkan rusaknya sawar darah otak (Blood brain barrier, BBB), disertai vasodilatasi dan eksudasi cairan sehinggaq timbhul edema. Edema menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan dan akhirnya meningkatkan TIK, yang pada gilirannya akan menurunkan CBF, iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan pH dan peningkatan PaCO2), dan kerusakan BBB lebih lanjut. Siklus ini akan terus berlanjut sehingga terjadi kematian sel dan bertambahnya edema secara progresif kecuali bila dilakukan intervensi.




Peningkatan TIK dan intervensinya
Factor Fisiologi Intervensi Rasional
Edema serebral Dapat disebabkan oleh kontosio, tumor atau abses; intoksikasi air (hipoosmolalitas); perubahan barier otak darah (kebocoran protein ke dalam jaringan menyebabkan air mengalir)  Pemberian diuretic osmotic sesuai ketentuan (pantau osmolalitas serum)
 Mempertahankan kepala tempat tidur setinggi 30°
 Mempertahankan kesejajaran kepala  Meningkatkan aliran balik vena
 Mencegah kerusakan aliran vena melalui vena jugularis
Hipoksia Penurunan PaO2 menyebabkan vasodilatasi serebral kurang dari 60 mmHg.  Mempertahankan PaCo2 lebih dari 60 mmHg
 Mempertahankan terapi O2
 Memantau analisis gas darah
 Penghisapan bila diperlukan
 Mempertahankan jalan napas pasien Mencegah hipoksia dan vasodilatasi
Hiperkapnia (peningkatan CO2) Menyebabkan vasodilatasi Pertahankan PaCO2 (normalnya 25-30 mmHg) dengan hiperventilasi Menurunkan PaCO2 mencegah vasodilatasi dan karenanya menurunkan volume darah serebral
Kerusakan aliran balik vena Meningkatkan volume darah serebral  Mempertahankan kesejajaran kepala
 Tinggikan kepala tempat tidur 30° Hiperekstensi, rotasi atau hiperfleksi bagian leher menyebabkan penurunan aliran darah vena
Peningkatan tekanan abdomen atau intratorakal Peningkatan tekanan ini karena batuk, PEEP, valsalva maneuver yang menyebabkan penurunan aliran balik vena  Pantau analisis gas darah dan pertahankan PEEP serendah mungkin
 Berikan O2 lembab
 Berikan laksatif sesuai ketentuan Defekasi lunak akan mencegah mengejan atau valsalva maneuver

Valsalva maneuver
Valsalva mekanisme adalah koordinasi sekumpulan muscle neurological yang bekerja bersamaan dan disebut Valsalva maneuver.
Valsalva maneuver adalah usaha pernafasan secara paksa menutup glottis, menghasilkan peningkatan tekanan intrathoracic, meningkatkan tekanan intracranial, menghambat venous return dan menurunkan heart rate.
Valsalva maneuver digunakan sebagai alat diagnostic untuk mengevaluasi kondisi jantung dan terkadang dilakukan sebagai treatment untuk mengkoreksi abnormalitas ritme jantung atau untuk gambaran nyeri dada. Valsalva maneuver juga digunakan untuk pasien yang mengalami gagap, dan lain sebagainya. Namun untuk kasus neurology yang berhubungan dengan tekanan intracranial valsalva maneuver tidak boleh dilakukan karena akan meningkatkan tekanan intracranial.




















Fisiologi Valsalva Maneuver
Terdapat empat tahap fisiologi pada valsalva maneuver (Yale,2005):
1. Permulaan strain (ketegangan)
2. Strain dilanjutkan
3. Penurunan
4. Recovery (perbaikan).
Tabel 1. Perubahan Fase dan fisiologi pada Valsalva Maneuver
Fase Respon Tekanan darah Systolik Nadi
I Permulaan strain Meningkat Stabil
II Strain dilanjutkan Menurun Meningkat
III Penurunan Menurun Stabil
IV Recovery Meningkat Meningkat

Secara normal, mengedan sebagai bentuk strain akan menyebabkan penutupan glotis sehingga meningkatkan tekanan intra thorax dan tekanan darah sistolik yang akhirnya menyebabkan kompensasi aorta (fase I). Kemudian diikuti oleh penurunan venous return dan tekanan darah sistolik sampai dibawah baseline untuk mempertahankan tekanan positif intrathorax (fase II). Pada fase III dan IV terjadi kompensasi sebagai mekanisme fisiologi dalam menurunkan tekanan intrathorax. Kompensasi ini meliputi penurunan tekanan darah sistolik. Suara korotkof merupakan respon dari peningkatan tekanan darah sistolik, hal ini normal terjadi bila dilakukan auskultasi pada arteri brachialis selama fase II dan IV.
Ekshalasi kuat dengan glotis yang tertutup, dapat menyebabkan efek terhadap tekanan darah arteri. Selama regangan yang aktif, aliran darah venous di dalam paru secara temporer terhalang karena peningkatan tekanan intrathorax. Tekanan ini menyebabkan kollaps vena-vena besar di paru. Atrium dan ventrikel menerima lebih sedikit darah, dan menyebabkan penurunan aliran darah systolic dan akhirnya terjadi penurunan cardiac output. Hal ini menurunkan tekanan arteri secara temporer. Hampir secara mendadak setelah periode hipotensi ini, peningkatan arteri terjadi: peningkatan tekanan yang terjadi melampaui angka yang sebenarnya (rebound phenomena). Pada klien dengan hypertensi, reaksi kompensasi dapat mencapai tekanan yang sangat tinggi dan merupakan ancaman bahaya sehingga mengancam ruptur arteri mayor pada otak atau pembuluh darah lain.
Proses keperawatan
Pasien peningkatan tekanan intracranial

Pengkajian
Tingkat kesadaran pasien dikaji sebagai dasar dalam mengidentifikasi criteria Skala Koma Glasgow. Pasien dengan peningkatan TIK memperlihatkan perubahan lain yang dapat mengarah pada peningkatan TIK berat. Hal ini termasuk perubahan yang tidak terlihat, perubahan tanda vital, sakit kepala, perubahan pupil, dan muntah.
Perubahan samar. Gelisah, sakit kepala, pernapasan cepat, gerakan tidak tertuju dan mental berkabut dapat merupakan indikasi klinis dini dari peningkatan TIK. Indicator pertama TIK adalah perubahan tingkat kesadaran.
Perubahan tanda vital. Perubahan tanda vital mungkin tanda akhir dari peningkatan TIK. Pada peningkatan TIK, frekuensi nadi dan pernapasan menurun dan tekanan darah serta suhu meningkat. Tanda-tanda spesifik yang diobservasi termasuk adanya tekanan tinggi pada arteri, bradikardia dan respirasi tidak teratur serta adanya tanda lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pernapasan tidak teratur yangdikaji termasuk pernapasan cheyne stokes (frekuensi dan kedalaman pernapasan bergantian dengan periode singkat apnea) dan pernapasan ataksia (pernapasan tidak teratur dengan urutan kedalaman yang acak dan pernapasan dangkal).
Tanda vital pasien berkompensasi selama sirkulasi otak dipertahankan. Bila, sebagai akibat dari kompresi , sirkulasi utama mulai gagal, nadi dan pernapasan mulai cepat dan suhu biasanya meningkat tetapi tidak diikuti pola yang konsisten. Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic) melebar, keadaan ini berkembang serius. Perubahan cepat pada respons klinik sebelumnya selalu berada pada periode di mana fluktuasi nadi menjadi cepat, dengan kecepatan yang bervariasi dari lambat sampai cepat. Intervensi pembedahan adalah penting untuk mencegah kematian.
Tanda vital tidak selalu berubah, pada keadaan peningkatan TIK. Pasien dikaji terhadap perubahan dalam tingkat responsivitas dan adanya syok, manifestasi ini membantu dalam evaluasi.
Sakit kepala. Sakit kepala konstan, yang meningkat intensitasnya, dan diperberat oleh gerakan atau mengejan.
Perubahan pupil dan ocular. Peningkatan tekanan atau menyebarnya bekuan darah pada otak dapat mendesak otak pada saraf okulomotorius dan optikal, yang menimbulkan perubahan pupil.
Muntah. Muntah berulang dapat terjadi pada peningkatan tekanan pada pusat refleks muntah di medulla.
Pengkajian klinis tidak selalu diandalkan dalam menentukan peningkatan TIK, terutama pasien koma. Pada situasi tertentu, pemantauan TIK adalah bagian esensial dari penatalaksanaan.

Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk pasien tersebut adalah sebagai beriku:
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi (kompresi batang otak, perubahan posisi struktur)
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekresi sekunder akibat depresi pada tingkat penurunan respons
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan prosedur dehidrasi.
5. Perubahan elminasi perkemihan dan defekasi berhubungan dengan pengaruh obat, pemasangan kateter uretra menetap, dan penurunan asupan makan/minum
6. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan system pemantauan kateter intraventrikular.

Masalah kolaborasi/komplikasi potensial
Berdasarkan data pengkajian, komplikasi potensial meliputi:
1. Herniasi batang otak diakibatkan dari peningkatan tekanan intracranial yang berlebihan, bila tekanan bertambah di dalam ruang cranial dan penekanan jaringan otak kearah batang otak. Tingginya tekanan pada batang otak menyebabkan penghentian aliran darah ke otak dan menyebabkan anoksia otak yang tidak dapat pulih dan mati otak.
2. Diabetes insipidus merupakan hasil dari penurunan sekresi hormone antidiuretik. Urine pasien berlebihan. Terapi yang diberikan terdiri dari volume cairan, elektrolit pengganti dan terapi vasopressin.
3. Sindrom ketidaktepatan hormone antidiuretik (SIADH), adalah akibat dari peningkatan sekresi hormone antidiuretik. Pasien mengalami volume berlebihan dan menurunnya jumlah urin yang keluar. Pengobatan SIADH berupa pembatasan cairan dan pemberian feniotoin untuk menurunkan pengeluaran ADH atau dengan litium untuk meningkatkan pengeluaran air.

Perencanaan dan implementasi
Sasaran untuk pasien dalam mencapai perfusi jaringan serebral melalui penurunan tekanan intracranial, menormalkan pernapasan, mencapai bersihan jalan napas, perbaikan keseimbangan cairan, menormalkan fungsi perkemihan dan defekasi, tidak mendapat infeksi dan tidak terjadi komplikasi.

Intervensi keperawatan yang berkaitan dengan valsalva maneuver
1. Mencapai perfusi jaringan serebral.
 Pasien dipantau terhadap bradikardia, peningkatan tekanan darah, refleks cushing, yang adalah tanda-tanda peningkatan TIK.
 Fleksi panggul ekstrem dihindari karena posisi ini menyebabkan peningkatan dalam tekanan intraabdomen dan intratorakal, yang dapat menimbulkan peningkatan TIK.
 Maneuver valsalva, yang dapat dihasilkan oleh mengejan saat defekasi atau bahkan gerakan diatas tempat tidur, harus dihindari. Pelunak feses dapat diresepkan. Bila pasien sadar dan bisa makan, diet tinggi serat dapat diindikasikan. Pasien dapat diinstruksikan untuk menarik napas (yang membuka glottis) saat bergerak atau dibalik secara pasif.
 Kontraksi otot isometric juga dikontraindikasikan, karena otot ini meningkatkan tekanan darah dan bahkan TIK
 Perubahan kecil yang relative pada posisi pasien dapat secara signifikan mempengaruhi TIK. Bila parameter pemantauan menunjukan bahwa membalik pasien meningkatkan TIK, merotasi tempat tidur dan membalik sprei dapat digunakan dan kepala pasien dapat dipegang oleh tangan perawat selama membalik untuk meminimalkan rangsang yang meningkatkan TIK.
 Sebelum dilakukan penghisapan, pasien harus dioksigenasi sebelumnya dan dihiperventilasi dengan menggunakan mode high sigh pada ventilator dengan oksigen 100%. Penghisapan tidak boleh lebih dari 15 detik.
 Aktivitas keperawatan yang meningkatkan TIK harus dihindari bila mungkin. Pembagian intervensi kepeawatan dapat mencegah peningkatan sementara TIK.
 Selama intervensi keperawatan TIK tidak boleh meningkat lebih dari 25 mmHg dan harus kembali pada tingkat dasar dalam 5 menit.
 Stress emosi dan gangguan yang sering karena tidur haus dihindari. Situasi yang tenang dipertahankan. Rangsang lingkungan (bising, percakapan) harus minimal.
 Distensi abdomen, yang meningkatkan tekanan intraabdomen dan intratorakal dan TIK, harus dipertahankan. Enema dan katartik dihindari bila mungkin.
 PEEP tingkat tinggi dihindari karena PEEP dapat menurunkan aliran balik vena ke jantung dan menurunkan drainase vena dari otak melalui peningkatan tekanan intratorakal.
2. Mencapai fungsi perkemihan dan defekasi normal
Kateter urinarius menetap biasanya dipasang untuk memungkinkan pengkajian terhadap fungsi ginjal dan status cairan. Abdomen bawah pasien dikaji untuk tanda distensi usus, dan area tersebut diauskultasi untuk bising usus. Biasanya feses diuji untuk adaanya darah bila pasien dalam pemberian dosis tinggi kortikosteroid dari terapi ini. Pasien diwaspadakan untuk menghindari mengejan saat defekasi karena maneuver valsalva dapat meningkatkan TIK


Kritik tentang topic
Kajian tentang valsalva maneuver di internet dan buku teks cukup banyak untuk system kardiovaskular tetapi tidak dijelaskan secara mendalam untuk sisyem neurology.

Rencana aplikasi
Peningkatan TIK merupakan kedaruratan sejati dan harus diatasi dengan segera. Ketika tekanan meninggi, substansi otan ditekan. Fenomena sekunder disebabkan gangguan oleh sirkulasi dan edema yang dapat menyebabkan kematian.
Penatalaksanaan segera untuk mengurangi peningkatan TIK didasarkan pada penurunan ukuran otak dengan cara mengurangi edema serebral, mengurangi volume cairan serebrospinal, atau mengurangi volume darah, sambil mempertahankan perfusi serebral. Tujuan ini diselesaikan dengan pemberian diuretic osmotic dan kortikosteroid, membatasi cairan, pengluaran cairan serebrospinal, hiperventilasi dari pasien, mengontrol demam, menurunkan kebutuhan metabolisme dan meminimaliskan tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan tekanan intracranial termasuk valsalva maneuver.


Disusun Oleh Bayhaki, dipublish oleh Sunardi

DAFTAR PUSTAKA


Lewis, Heitkemper, Dirksen (2000). Medical Surgical Nursing Assessment and management of clinical problems. St Louis, Mosby Comp

Monahan D F, Neighbors M (1998). Medical Surgical Nursing, foundations for clinical practice.(5th ed). Philadelphia ,W.B Saunders company

White Lois, Duncan Gena (2002). Medical Surgical Nursing an Integrated Approach (2nd ed).USA

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Smeltzer, Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddart Vol 3 E/8, EGC, Jakarta

http://www.acc.org/clinical/guidelines/stemi/Guideline1/Hospital%20Management.htm

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1142106

http://www.scielo.br/pdf/bjmbr/v30n9/2623c.pdf]

http://continet.org/publications/2002/pdf/164.pdf.

http://www.google.com/search/ihscommon/classifications/pdf/Classification_2nd_edition_300802.pdf+valsalva+manouver+Bneurophysiology&hl

http://www.trauma_org /neurotraumacontrolofintacranialpressure.htm

Infertilitas

Apakah kemadulan itu?

Kemandulan atau dalam bahasa kedokteran disebut infertilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut pasangan yang gagal untuk hamil dan mempunyai anak setelah berusaha selama setahun. Perempuan yang berhasil hamil namun selalu mengalami keguguran juga bisa disebut mandul.

Kehamilan merupakan hasil dari suatu proses komplek yang terdiri dari :

*
Seorang perempuan harus menghasilkan sel telur yang berasal dari indung telur atau ovarium.
*
Sel telur harus bergerak menuju rahim melalui saluran tuba.
*
Dalam perjalanan ini, sel sperma dari laki laki harus membuahi sel telur.
*
Telur yang sudah dibuahi kemudian harus menempel pada dinding rahim bagian dalam.

Kemandulan terjadi bila keempat proses diatas mengalami gangguan.

Apakah kemandulan hanya milik perempuan?

Tidak, kemandulan bukan hanya monopoli kaum perempuan. Faktor perempuan hanya sepertiga dari total kasus kemandulan, sepertiganya lagi merupakan faktor laki laki dan sepertiga sisanya merupakan gabungan antara faktor laki laki dan perempuan.

Apa penyebab kemandulan pada laki laki?

Kemandulan pada laki laki umumnya disebabkan oleh :

*
Gangguan pada pabrik sperma sehingga sel sperma yang dihasilkan sedikit atau tidak sama sekali.
*
Gangguan pada kemampuan sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya. Masalah ini biasanya disebabkan oleh karena bentuk sperma yang tidak normal sehingga pergerakannya pun tidak normal.

Kadang kala masalah sperma ini sudah dibawa sejak lahir, namun masalah ini bisa juga didapat setelah usia dewasa.

Apa yang menyebabkan resiko kemandulan pada laki laki meningkat?

Biang kerok dari semua ini adalah perubahan gaya hidup. Beberapa gaya hidup yang tidak bersahabat dengan sperma antara lain :

*
Suka minum alkohol.
*
Suka menggunakan narkoba.
*
Polusi udara.
*
Merokok.
*
Masalah kesehatan lainnya.
*
Obat obatan yang tidak jelas.
*
Penggunaan radiasi dan kemoterapi untuk pengobatan kanker.
*
Umur.

Apa yang menyebabkan kemandulan pada perempuan?

Gangguan yang paling sering dialami perempuan mandul adalah gangguan ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.

Gangguan lain yang bisa menyebabkan kemandulan pada perempuan adalah :

*
Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena infeksi, endometriosis dan operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
*
Gangguan fisik rahim.
*
Mioma uteri.

Apakah yang menyebabkan peningkatan resiko mandul pada perempuan?

*
Umur.
*
Stress.
*
Kurang gizi.
*
Terlalu gemuk dan terlalu kurus.
*
Merokok.
*
Alkohol.
*
Penyakit menular seksual.
*
Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan hormon.

Apa pengaruh umur pada kemampuan perempuan untuk mempunyai anak?

Saat ini banyak perempuan yang menunda kehamilan sampai dengan umur 30 tahun. Padahal kenyataannya hanya 20 persen dari kelompok usia ini yang mempunyai kemampuan untuk hamil. Jadi umur memegang peranan penting dalam masalah kesuburan.

Umur menurunkan kemampuan seorang perempuan untuk hamil karena :

*
Kemampuan indung telur melepaskan sel telur akan menurun seiring dengan peningkatan usia.
*
Kesehatan sel telur yang dihasilkan juga ikut ikutan menurun.
*
Pada perempuan berumur sering dijumpai penyakit lain yang mempengaruhi kesuburan.
*
Perempuan yang sudah berumur rentan mengalami keguguran.

Apa yang bisa dilakukan seorang perempuan agar hamil sebelum ke dokter?

Bagi perempuan sehat yang berusia dibawah 30 tahun, mereka tidak perlu khawatir akan mandul kecuali mereka telah berusaha selama setahun untuk sekedar hamil. Bila hal ini terjadi baru mereka harus ke dokter untuk melakukan pemeriksaan kesuburan. Sang suami harus menyertai ke dokter untuk mendiskusikan kemungkinan kegagalan hamil disebabkan oleh pihak suami.

Bagi perempuan yang berumur diatas 30 tahun, mereka harus segera ke dokter untuk memeriksa kesuburan meskipun usaha yang dilakukan hanya 6 bulan. Kemampuan seorang perempuan yang berusia diatas 30 tahun untuk hamil akan menurun dengan cepat.

Beberapa masalah kesehatan yang meningkatkan resiko terjadinya kemandulan antara lain :

*
Haid yang tidak teratur atau tidak muncul sama sekali.
*
Nyeri haid yang diluar kebiasaan.
*
Endometriosis.
*
Penyakit radang panggul.
*
Keguguran lebih dari sekali.

Tidak peduli berapapun usia anda, bila salah satu dari kelima hal diatas terjadi maka sebaiknya anda segera ke dokter sebelum anda memutuskan untuk hamil. Dokter akan membantu anda menyiapkan fisik yang optimal bagi kehamilan anda.

Bagaimana seorang dokter mencari tahu tentang kemandulan?

Terkadang seorang dokter baru mengetahui bahwa sepasang suami istri mengalami kemandulan setelah melakukan tes kesuburan yang lengkap. Tes ini seperti biasa dimulai dengan pemeriksan fisik yang kemudian dilanjutkan dengan menanyakan riwayat kesehatan terdahulu. Jika ternyata terdapat ditemukan masalah yang bisa diselesaikan dengan tes kesuburan maka tes akan dilakukan namun bila tidak maka akan disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terkait.

Menemukan penyebab kemandulan sering merupakan proses yang panjang, komplek dan sangat emosional. Bahkan ada beberapa kasus yang memerlukan waktu berbulan bulan untuk sekedar menyelesaikan semua pemeriksaan dan tes kesuburan. Jadi jangan heran jika biaya yang diperlukan sangatlah mahal. Kesemuanya tentu dapat membuat beberapa pasangan mandul putus asa dalam melanjutkan tes sampai dengan selesai.

Pada laki laki, dokter biasanya memulai dengan melakukan tes sperma. Pada tes ini akan dilihat jumlah, bentuk dan pergerakan sperma. Bila diperlukan, dokter juga akan melakukan tes kadar hormon laki laki.

Pada perempuan, langkah pertama adalah dengan melakukan tes untuk mengetahui apakah telah terjadi ovulasi tiap bulan. Ada beberapa cara untuk melakukan ini, diantaranya, pasien disuruh mencatat terjadinya ovulasi di rumah dengan cara mengukur suhu tubuh di pagi hari dalam beberapa bulan. Pasien juga dapat mencatat kondisi dan gambaran lendir servik dalam beberapa bulan serta mencatat gambaran siklus menstruasi yang terjadi. Semua catatan tersebut akan dianalisa oleh dokter sehingga diketahui adanya masalah pada ovulasi.

Dokter juga dapat melakukan tes darah dan USG ovarium untuk mengetahui terjadinya ovulasi pada seorang perempuan. Jika ternyata ovulasi berlangsung dengan normal maka diperlukan tes lanjutan.

Beberapa tes kesuburan lanjutan pada perempuan antara lain :

*
Histerosalpingografi (HSG). Pada tes ini dokter akan menggunakan rontgen untuk melihat bentuk fisik dari saluran tuba dan rahim. Tes dimulai dengan memasukan cairan khusus ke rahim melalui vagina. Cairan ini harus tampak pada foto rontgen. Dokter akan melihat apakah cairan ini bergerak normal dari dalam rahim menuju saluran tuba. Jika terdapat sumbatan maka pergerakan cairan akan terhenti pada sumbatan tersebut. Sumbatan inilah yang akan menghalangi pergerakan sel telur di dalam saluran tuba menuju rahim. Sumbatan juga menghalangi sperma yang akan membuahi sel telur.
*
Laparoskopi. Pada pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan alat yang disebut laparoskop guna melihat keadaan bagian dalam rongga perut. Dokter akan membuat irisan kecil pada kulit perut bagian bawah lalu memasukan alat laparoskop. Dengan menggunakan laparoskop, dokter dapat melihat kondisi ovarium, saluran tuba dan rahim apakah terjadi masalah fisik yang disebabkan oleh suatu penyakit. Dokter juga dapat menemukan terjadinya endometriosis dengan alat ini.

Bagaimana cara mengobati kemandulan?

Kemandulan dapat diobati dengan obat, pembedahan dan inseminasi serta bayi tabung. Pada beberapa keadaan semua cara tersebut akan digabung. Sepertiga dari pasangan mandul akan dapat memiliki anak setelah diobati dengan baik dan tepat. Sebagian besar kasus kemandulan ditangani dengan obat obatan dan pembedahan.

Seorang dokter akan melakukan tindakan berdasarkan pada :

*
Hasil tes kesuburan.
*
Umur dari pasangan mandul.
*
Kondisi kesehatan pasangan secara umum.
*
Keinginan pasien.

Pada laki laki yang mandul, dokter akan melakukan langkah berikut :

*
Masalah seksual. Jika seorang laki laki mengalami disfungsi ereksi atau ejakulasi dini, dokter sedapat mungkin akan mengatasi masalah ini dulu sebelum melakukan tindakan selanjutnya.
*
Sel sperma yang terlalu sedikit. Jika seorang laki laki memproduksi sperma yang terlalu sedikit maka pembedahanlah yang dapat menyelesaikan masalahnya. Antiobiotika kadang diperlukan untuk mengatasi infeksi yang mengakibatkan masalah produksi sperma.

Di pasaran, banyak sekali macam obat yang dapat digunakan mengatasi masalah ovulasi pada perempuan. Sangatlah penting bagi anda untuk selalu berkonsultasi dengan dokter dalam memilih obat tersebut. Anda harus paham resiko, keuntungan dan efek samping dari obat tersebut.

Dokter juga dapat melakukan pembedahan untuk mengatasi penyebab kemandulan pada perempuan. Masalah pada ovarium, saluran tuba dan rahim terkadang dapat diatasi dengan cara ini.

Inseminasi intra uterine saat ini sudah banyak dipakai oleh para dokter dalam menangani pasien dengan kemandulan. Caranya adalah dengan menyuntikan sel sperma pilihan ke dalam rahim. Sebelum dilakukan tindakan sang perempuan terlebih dahulu diberikan obat perangsang ovulasi.

Inseminasi dilakukan jika :

*
Masalah kemandulan pada laki laki ringan.
*
Perempuan yang bermasalah dengan lendir serviks yang menyebabkan mandul.
*
Kemandulan yang tidak ditemukan penyebabnya.

artikel ISPA

1.1 Latar belakang
Batuk pilek merupakan penyakit saluran pernafasan yang paling sering diderita bayi dan anak. Bayi yng masih sangat muda akan sangat mudah tertular, karenanya perawat yang sedang batuk pilek tidak diperkenankan bekerja diruangan bayi walau ia mengenakan masker, karena virus dapat menembusnya. Penularan juga masih tetap terjadi karena seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya karena rasa gatal atau membuang ingusnya, jika tidak segera mencuci tangan ia menjadi sumber penular.
(Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit : 1995)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melaksanakan praktek lapangan dipuskesmas diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan bayi dengan batuk pilek.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data.
2. Mahasiswa mampu memberikan analisa data untuk menentukan diagnosa.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera.
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana askeb berdasarkan diagnosa.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan askeb sesuai rencana yang dibuat.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil askeb yang telah dilaksanakan.






1.3 Metode penulisan
1.3.1 Metode pendekatan yang sifatnya mengungkapkan peristiwa yang terjadi.
1.3.2 Pengumpulan data dan pengolahan data melalui observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
1.3.3 Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari petugas kesehatan.
1.3.4 Sumber teori dari literature.

1.4 Ruang lingkup
Laporan asuhan kebidanan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas di Puskesmas Medokan Ayu pada tanggal 5 s/d 30 Maret 2007.

1.5 Sistematika penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi : Latar belakang, Tujuan penulisan, Metode penulisan, Ruang lingkup, dan Sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi : Konsep dasar batuk pilek, Konsep dasar asuhan kebidanan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Meliputi : Pengkajian, Analisa data/ Diagnosa, Dignosa potensial, Identifikasi kebutuhan segera, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
BAB IV : PENUTUP
Meliputi : Kesimpulan, Saran.

DAFTAR PUSTAKA





BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep dasar ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
Batuk pilek (common cold) adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang sering mengenai bayi dan anak. Penyakit batuk pilek juga dapat mengenai orang dewasa tetapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi dan anak penyakit ini cenderung berlangsung lebih berat karena infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah dan nasofring disertai demam yang tinggi, sedangkan pada orang dewasa hanya terbatas dan tidak menimbulkan demam yang tinggi.
Penyakit ini adalah virus. Masa menular beberapa jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah gejala hilang. Komplikasi timbul akibat invasi sekunder bakteri pathogen seperti pneumokokus, streptokokus, haemophilus influenzae atau stafilokokus.
Masa tunasnya adalah 1-2 hari, dengan faktor predisposisi kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan. Pada umumnya penyakit terjadi pada waktu pergantian musim. Komplikasi lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil dari pada anak yang lebih besar.
(Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit : 1995)
2.1.1 Patologi anatomi
Terjadi pembekakan pada submukosa hidung yang disertai vasodilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltrasi leukosit, mula-mula sel mononukleus kemudian juga polimorfonukleus. Sel epitel superfisial banyak yang lepas dan regenerasi epitel sel baru terjadi setelah lewat stadium akut.
2.1.2 Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran infeksi.
 Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral. Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.
 Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT. Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik. Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a. Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.
b. Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga merintangi penyaluran sekret.
c. Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).
 Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia. Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
2.1.3 Gambaran klinik
Batuk pilek mempunyai gejala seperti pilek, batuk sedikit, dan kadang-kadang bersin. Keluar sekret yang cair dan jernih dari hidung, bila terjadi infeksi sekunder oleh kokus sekret menjadi kental dan purulen. Sekret ini sangat mengganggu bayi. Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas dari mulut dan mengakibatkannya gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didapatkan nyeri otot, pusing dan anoreksia. Sumbatan hidung (kongesti) disertai selaput lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri dan batuk bertambah.
2.1.4 Penatalaksanaan
 Medik
Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya ekspektoran untuk mengatasi batuk sedatif untuk menenangkan pasien, dan antipiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lendir hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk pengeluarkan sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %. Bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif (pada bronkitis dan trankutis) tidak boleh diberikan antitusif. Misalnya kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah, penumpukan sekret hingga dapat menyebabkan bronkopneumonia.
 Keperawatan
Masalah dalam perawatan pasien dengan batuk pilek adalah gangguan rasa aman dan nyaman, resiko terjadi komplikasi, gangguan suhu tubuh, kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1) Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan ini akibat batuk dan pilek sering melelahkan dan mengganggu istirahat pasien, apalagi bila disertai muntah atau diare serta suhu tinggi. Pemberian obat gosok dapat membuat bayi hangat. Untuk mengurangi hidung tersumbat, bayi dibaringkan tengkurap dengan posisi kepala miring dan satu lubangnya masih terbuka. Pemberian obat tetes hidung mungkin menolong pernafasannya, namun hanya untuk sementara. Bila tidak ada obat tetes hidung secara tradisional dapat digunakan kapas yang ditetesi minyak kayu putih yang digantungkan didepan hidung bayi atau di penitikan pada baju. Untuk mengurangi batuk dapat diberikan obat batuk sebelum tidur malam, bila waktu tidur sering batuk berikan minum hangat dan bila perlu ekstra obat batuknya.
2) Resiko terjadi komplikasi
Berbagai komplikasi diatas menyebabkan penyakit batuk pilek yang relative ringan akhirnya berkembang menjadi penyakit yang amat berat. Bila anak sudah mendapat obat supaya diberikan yang benar, misalnya obat dimuntahkan beberapa saat kemudian harus diulang diberikan lagi. Agar obat dapat diminum (jika selalu dimuntahkan) cara obat diencerkan dengan 1-2 sendok teh dengan teh manis, sirup atau madu kemudian diberikan sedikit demi sedikit.
3) Gangguan suhu tubuh
Komplikasi oleh invasi bakteri yang biasanya sering menyebabkan suhu tubuh meningkat, kadang-kadang menyebabkan terjadinya kejang demam. Penurunan suhu hanya diatasi dengan antibiotika yang tepat.
4) Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Pada umumnya orang tua menganggap bahwa penyakit batuk pilek tidak membahayakan karena penyakit ini dapat mengenai anak berulang kali, tetapi mereka tidak mengerti bahwa penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit yang berat jika tidak diobati terutama pada saat daya tahan anak menurun (berikan beberapa contoh penyakit sebagai akibat batuk pilek yang tidak mendapatkan pengobatan yang benar). Oleh karena itu perlu diberi penjelasan jika anak sudah batuk pilek lebih dari 2 hari belum sembuh apalagi sudah diobati sendiri supaya dibawa berobat kefasilitas kesehatan, terutama untuk bayi.

2.2 Konsep dasar asuhan kebidanan
Asuhan pada bayi adalah asuhan yang mengutamakan alur dan pola pikir serta tindakan dalam mengambil keputusan klinis untuk mengatasi masalah pada balita.
2.2.1 Pengkajian Data
A. Data Subjektif
Anamnesa Rasional
1. Anamnesis sosial terdiri dari biodata klien, biodata orang tua, pekerjaan orang tua. Dengan menanyakan biodata lengkap agar kita benar-benar dapat mengidentifikasi klien apakah benar klien yang dimaksud.
2. Riwayat penyakit sekarang terdiri dari keluhan utama faktor yang memperberat, lama keluhan akibat yang ditimbulkan dan upaya yang dilakukan. Dengan menanyakan riwayat penyakit sekarang diharapkan agar tenaga kesehatan dapat membuat diagnosa dan terapi yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
3. Riwayat kesehatan keluarga terdiri dari penyakit keturunan Dengan menanyakan riwayat kesehatan keluarga diharapkan agar kita dapat mengetahui berbagai faktor yang dapat mempengaruhi penyakit klien.
4. Pola aktivitas sehari-hari terdiri dari nutrisi, aktivitas, eliminasi, istirahat dan personal hygiene. Dengan menanyakan pola aktivitas sehari-hari diharapkan dapat mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh pasien.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Hal yang diperiksa Rasional
1. Keadaan umum Dengan memeriksa keadaan umum diharapkan agar kita mengetahui kondisi fisik dari klien tersebut.
2. Tanda-tanda vital Dengan memeriksa TTV diharapkan kita segera tahu bagaimana kondisi klien sehingga kita dapat mendeteksi dini apakah ada kelainan.
3. Mengukur berat badan dan tinggi badan Dengan melakukan pengukuran BB dan TB diharapakan agar kita dapat mengetahui pertumbuhan dan status gizi klien.




2. Pemeriksaan fisik
Hal yang diperiksa Rasional
1. Kepala Dengan memeriksa kepala diharapkan kita dapat mengetahui kelainan pada kepala seperti hydrocephalus dan dapat mengetahui kebersihan rambut pasien.
2. Mata Dengan memeriksa mata diharapkan kita dapat mengetahui apakah ada tanda-tanda anemia dan hepatitis.
3. Telinga Dengan memeriksa telinga diharapkan kita dapat mengetahui kebersihan dan apakah ada cairan yang keluar.
4. Mulut Dengan memeriksa mulut diharapkan kita mengetahui keadaan gigi apakah sudah tumbuh lengkap atau belum.
5. Hidung Dengan memeriksa hidung kita dapat mengetahui apakah ada sumbatan dan cairan yang keluar.
6. Leher Dengan memeriksa leher kita dapat mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar getah bening.
7. Dada Dengan memeriksa dada diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana pernafasan klien adakah penarikan rongga dada.
8. Abdomen Dengan memeriksa abdomen diharapkan kita mengetahui adakah pembesaran hati pada klien.
9. Genetalia dan anus Dengan memeriksa genetalia dan anus diharapkan kita dapat mengetahui kelainan genetalia pada bayi.
10. Ekstrimitas Dengan memeriksa ekstrimitas diharapkan kita dapat mengetahui kelainan seperti polidaktili, syndaktili.

2.2.2 Analisa Data/ Diagnosa
Analisa Data diagnosa
Ds :
Do : Dx : bayi … permasalahan


2.2.3 Antisipasi Masalah Potensial
Masalah yang mungkin akan timbul selanjutnya.

2.2.4 Identifisasi Kebutuhan Segera
Pemberian kebutuhan yang dibutuhkan sesuai dengan penyakit yang diderita.

2.2.5 Intervensi
No Tanggal/ jam Diagnosa Intervensi Rasional
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan ±… jam diharapkan …
Kriteria : …………………
Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien dan ibu Dengan ……………...
diharapkan ………….
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu Dengan ……………...
diharapkan ………….
3. Berikan HE tentang :
- Nutrisi
- Personal hygiene Dengan ……………...
diharapkan ………….
4. Berikan terapi Dengan ……………...
diharapkan ………….
5. Anjurkan minum obat tepat waktu dan sesuai aturan. Dengan ……………...
diharapkan ………….
6. Anjurkan untuk kembali jika obat habis dan penyakit belum sembuh Dengan ……………...
diharapkan ………….



2.2.6 Implementasi
Tanggal/ jam Diagnosa Implementasi
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien dan ibu dengan cara ………………….
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
3. Memberikan HE tentang :
- Nutrisi
- Personal hygiene
4. Memberikan terapi
5. Menganjurkan minum obat tepat waktu dan sesuai aturan.
6. Menganjurkan untuk kembali jika obat habis dan penyakit belum sembuh atau sewaktu- waktu ada keluhan.

2.2.7 Evaluasi
Tanggal : jam :
S : ibu mengatakan ……………………..
O : hasil pemeriksaan
A : bayi umur ………………. permasalahan
P : rencana dilanjutkan










BAB III
TINJAUAN TEORI

3.1 Pengkajian
Tanggal :24 Maret 2007 jam : 09.00 oleh : Ari Setiyarini
A. Data subjektif
1. Biodata
Nama : By. A
Umur : 1 bulan
Tempat, tanggal lahir: 20 februari 2007
Jenis kelamin : perempuan
No. register : MB 41/07

Nama ibu : Ny. F
Umur : 35 tahun
Suku/ bangsa : Indonesia/ Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Medokan Kampung 139 RW II Nama ayah : Tn. Z
Umur : 40 tahun
Suku/ bangsa : Indonesia/ Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Medokan Kampung 139 RW II

2. Keluhan utama/ alasan kunjungan
Ibu mengatakan banyinya batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu (21 Maret 2007)
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak mempunyai penyakit menular, menurun, dan menahun seperti TBC, Hepatitis B, Asma, Jantung, Diabetes Militus, Hipertensi, dll.



4. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI tanpa makanan pendamping dan minum ASI sesuai dengan keinginan bayinya.
b. Pola aktivitas
Ibu mengatakan bayinya tidak aktif dan lemah, sering menangis, kurang merespon jika dipanggil.
c. Pola eliminasi
Ibu mengatakan bayinya BAB 1 x/hari, lembek, kuning tengguli dan BAK 5-6 x/hari warna kuning jernih, bau amoniak, memancar.
d. Pola istirahat
Ibu mengatakan bayinya tidur ±12 jam karena sering menangis dan sulit ditidurkan.
e. Pola hygiene
Ibu mengatakan bayinya mandi 2x / hari, ganti baju sewaktu-waktu ketika baju kotor terkena kencing, berak atau keringat dan selesai mandi.
B. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Suhu : 37° C
c. Pernapasan : 32 x/menit
d. BB : 4200
e. TB : 54 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : tulang tengkorokan normal, rambut bersih, tipis.
b. Mata : simetris, tidak anemis, tidak ikterus.
c. Telinga : simetris, bersih, tidak ada cairan yang keluar.
d. Mulut : tidak ada stomatitis, bersih, tidak ada moniliasis.
e. Hidung : simetris, ada sumbatan, ada cairan yang keluar.
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
g. Dada : simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada bunyi saat bernafas
h. Abdomen : bentuk normal, tidak ada pembesaran hepar.
i. Genetalia dan anus : tidak ada kelainan.
j. Ekstremitas : simetris , tidak ada kelainan.

3.2 Analisa data/ diagnosa
Analisa data diagnosa
Ds : Ibu mengatakan banyinya batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu (21 Maret 2007)
Do : - Keadaan umum : lemah
- Suhu : 37º C
- Pernafasan : 32 x/menit
- Hidung : ada sumbatan dan ada cairan yang keluar. Dx : bayi dengan ISPA (Infeksi Pernafasan Atas)

3.3 Antisipasi masalah potensial
Tidak ada

3.4 Identifikasi kebutuhan segera
Tidak ada

3.5 Intervensi
Tanggal Diagnosa Intervensi Rasional
12-03-2007
Bayi dengan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) Tujuan : setelah dilakukan askeb
± 3x24 jam diharapkan
penyakit klien bisa
teratasi.


Kriteria : - Batuk tidak ada
- Hidung tak tersumbat
- Hidung tidak mengeluarkan cairan

Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien dan ibu. 1) Menjalin kerjasama antara klien dengan petugas kesehatan.
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu. 2) Ibu bisa mengerti kondisi bayinya.
3. Berikan HE tentang :
- Nutrisi
- Menjauhkan dari bayi lain
- Menjauhkan bayi dari keluarga yang sakit 3) Agar tumbuh kembang terjadi secara maksimal dan bayi lain terhindar dari penularan atau terjadi penularan ulang sehingga bayi tidak kkunjung sembuh.
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi. 4) Agar pemberian terapi tepat.

5. Anjurkan agar obat diminum tepat waktu dan sesuai aturan. 5) Untuk menghindari resisten atau kebal terhadap salah satu obat tertentu.
6. Anjurkan untuk kembali apabila sakit belum sembuh padahal obat sudah habis atau sewaktu-waktu jika ada keluhan. 6) Mendeteksi lebih dini bila ada penyakit yang lebih parah.
Anjurkan untuk kembali apabila sakit belum sembuh padahal obat sudah habis atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.





3.6 Implementasi
Tanggal/jam Diagnosa Intervensi
12-03-2007
09.00 Bayi dengan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) 1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien dan ibu dengan cara menyapa pasien dengan ramah, tanyakan dan dengarkan keluhan.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu yaitu :
- Suhu normal
- Pernafasan normal
- Ada sumbatan pada hidung
3. Memberikan HE tentang :
- Nutrisi : makanan yang bergizi yaitu 4 sehat 5 sempurna, hindarkan anak dari snack dan es, beri minum air putih yang banyak untuk mengencerkan lendir dan dahak.
- Menjauhkan dari bayi lain agar tidak tertular.
- Menjauhkan bayi dari keluarga yang sakit agar tidak terjadi pemaparan ulang sehingga bayi tidak segera sembuh.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi:
- Amoxicillin syrup 3 x ½ sendok teh
- Demacolin 3 x ¼
- Multivitamin syrup 2 x1 sendok teh
5. Menganjurkan agar obat diminum tepat waktu dan sesuai aturan untuk menghindari resistensi atau kebal terhadap salah satu obat tertentu.
6. Menganjurkan untuk kembali apabila sakit belum sembuh padahal obat sudah habis atau sewaktu-waktu ada keluhan.




3.7 Evaluasi
Tanggal : 24 Maret 2007 jam : 10.30 WIB
S : ibu mengatakan bayinya sudah selesai diperiksa.
Ibu mengatkan mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas dan bersedia menjalankan saran-saran yang diberikan petugas.
O : - Keadaan umum : lemah
- Suhu : 37º C
- Pernafasan : 32 x/menit
- Hidung ada sumbatan dan ada cairan yang keluar
A : bayi dengan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
P : - Anjurkan kepada ibu supaya obat diminum tepat waktu dan sesuai aturan.
- Anjurkan kepada ibu kontrol jika obat sudah habis tetapi sakit belum sembuh atau sewaktu-waktu ada keluhan.


















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. A dengan batuk dan pilek di Puskesmas Medokan Ayu Surabaya, dapat ditarik kesimpulan :
Dalam melakukan pengkajian perlu diperlukan adanya ketelitian, kepekaan dan diperluakn peran ibu sebagi orang tua sehingga diperoleh data yang menunjang untuk menerangkan diagnosa kebidanan.
Dalam analisa data dan menegakkan diagnosa kebidanan pada dasarnya mengacu pada tinjauan pustaka. Adanya perubahan dan kesenjangan dengan tinjauan pustaka tergantung pada kondisi bayi sakit.
Pada dasarnya perencanaan yang ada pada tinjauan pustaka tidak semuanya dapat direncanakan pada kasus nyata. Karena pada perencanaan disesuaikan dengan masalah yang ada pada saat itu sehingga masalah yang ada pada tinjauan kasus tidak direncanakan.
Pada dasarnya pelaksanaan merupakan perwujudan dan perencanaan, akan tetapi tidak semua rencana dapat dilaksanakan. Pada kasus nyata hanya dilakukan penyuluhan saja sehingga klien akan melakukan sendiri dirumah sesuai petunjuk.
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari asuhan kebidanan yang mana setelah penulis mengadakan evaluasi pada By. A dengan batuk dan pilek di Puskesmas Medokan Ayu Surabaya, maka diharapkan ibu klien bersedia kontrol jika obat sudah habis tapi bayi belum sembuh atau sewaktu-waktu jika ada keluhan sehingga dapat dideteksi lebih dini jika terjadi komplikasi.





4.2 Saran
Bagi petugas
Meningkatkan peranan bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pengajar kebidanan lebih meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Bidan meningkatkan kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, klien dan keluarga.
Bagi klien
Untuk keberhasilan dalam asuhan kebidanan diperlukan kerjasama yang baik dari klien dalam usaha memecahkan masalah klien.
Bagi pendidikan
Supaya lebih memperhatikan mahasiswa ditempat praktek. Berusaha membimbing semua kelompok.
Bagi rumah sakit
Mempertahankan pelayanan yang sudah dan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien.
















DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Jakarta: EGC.
2. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. 1985. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
3. Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Acuan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.





















ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI “A” DENGAN ISPA
(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS)
DI PUSKESMAS MEDOKAN AYU
SURABAYA






Disusun oleh :

ARI SETIYARINI
NIM: 430155


PRODI D-III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ARTHA BODHI ISWARA
SURABAYA
2007
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Metode Penulisan 2
1.4 Ruang Lingkup 2
1.5 Sistematika Penulisan 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI 3
2.1 Konsep Dasar Batuk Pilek 3
2.1.1 Patologi Anatomi 3
2.1.2 Komplikasi 3
2.1.3 Gambaran Klinik 5
2.1.4 Penatalaksanaan 5
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan 7
2.2.1 Pengkajian 7
2.2.2 Analisa Data 9
2.2.3 Antisipasi Masalah Potensial 10
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera 10
2.2.5 Intervensi 10
2.2.6 Implementasi 11
2.2.7 Evaluasi 11
BAB III TINJAUAN KASUS 12
3.1 Pengkajian 12
3.2 Analisa Data atau Diagnosa 14 3.3 Antisipasi Masalah Potensial 15
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera 14
3.5 Intervensi 14
3.6 Implementasi 15
3.7 Evaluasi 16
BAB IV PENUTUP 17
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 18
Daftar Pustaka


























KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada By. A dengan btuk pilek di Puskesmas Medokan Ayu Surabaya.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan studi kasus ini tak lepas dari bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H.R. Soedibyo HP.dr.DTM selaku Ketua STIKES ABI Surabaya.
2. drg. Farida Ariati, M. Kes selaku Kepala Puskesmas Medokan Ayu Surabaya
3. Mamik SKM. M. Kes, selaku pembantu Ketua II STIKES ABI Surabaya
4. Lia Hartanti, SST, selaku Ketua Jurusan Prodi DIII Kebidanan STIKES ABI Surabaya.
5. Wulan Diana, SST, selaku Pembimbing Pendidikan STIKES ABI Surabaya.
6. Agustin Indriyani Amd. Keb, selaku Kepala BKIA dan Pembimbing Praktek Puskesmas Medokan Ayu Surabaya
7. Semua rekan mahasiswa DIII Kebidanan STIKES ABI Surabaya yang turut membantu dalam penyelesaian Askeb ini.
8. Bryan yang membantu mengetikkan Askeb ini
Saya menyadari bahwa penyusunan Askeb ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.


Surabaya,